Jika Santri Kepincut Bu Nyai
Sini
nak, kau belum ngantuk kan?… Ayah punya dongeng bagus malam ini, dengarkan ya?
sini sambil ayah peluk…begini kisahnya nak;
… Mohon
beribu maafmu Pak kyai, Saya.., Santri
yang baru tiga tahun mendekam di pesantren itu kelihatan ragu meneruskan
kata-katanya, jantungnya berdegup kencang, satu dua keringat tak dapat di
tahan, ahirnya mengucur membasahi keningnya. tapi luapan perasaan di dadanya
kian menyiksa, batinya meronta, tak dapat ditunda lagi, harus diledakan saat ini
juga. ia pun pasrah andaikan setelahnya dilemparkan ke kandang macan, ataupun
dikutuk mejadi monyet, asalkan dapat memuntahkan beban dihati yang selama ini
menelikungnya.
Pak kyai
yang sedari tadi mengamati polah tingkah anak santrinya mafhum, kemudian berkata
lunak; Ada apa Cah?… katakan saja… Melihat respon pak kyai yang datar,
santri itu merasa mendapat kekuatan baru, dikumpulkan lagi nyawanya yang
berserakan, lalu meluncurlah kalimat maha konyol dari sela-sela mulutnya;..sekali lagi mohon maaf pak kyai,
saya…kepincut Bu nyai, istri pak kyai.. Plooong!!…usai mengucapkan kalimat
terahir, Santri itu mendadak merasakan badanya ringan seringan kapas, sambil
menanti reaksi pak kyai, anganya melayang-layang membayangkan murka pak kyai,
lalu silih berganti bayangan siksa mengerikan yang bakal menderanya, tapi
batinya tersenyum puas.
Tapi
santri itu kecele, santri itu luput, pak kyai bukanya muntab, pak kyai justru terkekehgeli, ada
apakah ini? apakah berarti pak kyai setuju, mau merelakan bu nyai yang cantik
untuk aku yang malang ini? oh.. beruntung sekali aku, pikir santri. Bocah,
ya..kau boleh memiliki istriku, dan syaratnya gampang, gampang sekali… Suara pak kyai mengejutkan santri itu,
harap-harap cemas ia bertanya;
ma’af pak kyai kiranya apa syarat yang harus saya penuhi?, gampang,
kau takkan kusuruh membuat candi, cukup lakukan Shalatlima
waktu berjama’ah selama 40 hari, ingat! berjama’ah… lalu datanglah kemari,
jemput bu nyai. tandas
pak kyai tegas. cuma itu pak kyai?… ya!,
jawab pak kyai mantap.
Selepas
menghadap pak kyai dan menyampaikan unek-uneknya, santri itu kini boleh
tersenyum bahagia, bahkan bersiul-siul riang, hari-harinya kini terasa
menyenangkan, layaknya petani yang menanti padinya di panen, sepenuh hati ia
menjalakan syarat yang ditentukan pak kyai, Ah… syarat itu terlalu ringan, cuma
shalat berjama’ah apa susahnya,energi kebahagiaan itu meluap-luap
tatkala adzan berkumandang, dalam kondisi apapun secepat kilat ia menyongsong
panggilan itu, ya… Adzan, diam-diam selama dalam penantianya, ia
mulai merindukan suara itu.
Sekali
waktu ia tak sabar termangu menunggu adzan, hadir bayang wajah cantik bu nyai,
lalu menuntun langkah kakinya ke masjid, sampai di pelataran masjid, banyak
sekali sampah berserakan, sementara waktu shalat tak kunjung tiba, kembali mata
bu nyaimengerling genit mengarahkan langkahnya ke sudut
bangunan itu, disana tergeletak sapu, ia pungut benda yang selama ini luput
dari perhatianya itu, perlahan ia menyapu. Usai menyapu waktu shalat tak jua
hadir, ia amati seluruh ruangan, terlihat Alqur’an merana diatas lemari sudut
ruangan itu, kemudian ia memutuskan untuk mengambilnya, tak terasa lembar demi
lembar telah habis ia baca, waktu subuh pun tiba, namun belum satupun orang
lain datang, rupanya ia telah semalaman di masjid, bergegas kemudian suaranya
memecah kesunyian…
Seperti
itulah ia menjalani hari-harinya, menjadi orang yang pertama kali masuk masjid,
bahkan sering ia tak tidur, hanya untuk menanti shalat berjama’ah. tanpa terasa
pertemuan terahirnya dengan pak kyai telah genap 40 hari, itu berarti syarat
yang di janjikan pak kyai telah khatam, ia berhasil menjalaninya tanpa cacat,
sekarang ia berhakmenagih janji kepada pak kyai, menyunting bu
nyai!. Tapi… hati kecilnya berbisik, tak
mungkin, tak mungkin kulakukan itu, jika itu kulakukan sama saja aku membunuh
kebahagiaanku, ah,.. hari-hariku menjadi bermakna karena penantian itu, ya.. menanti waktu shalat, lalu
bejamaah, ya..menanti dalam penantian itulah
yang sesungguhnya menarik, dan itu tak akan kudapatkan lagi
setelah kupersunting bu nyai.
Bisikan-bisikan
kecil dalam hatinya berubah menjadi teriakan, Ia datangi pak kyai, sambil
menangis tersuruk-suruk ia pegangi lutut pak kyai; maafkan
aku pak kyai, ampuni muridmu ini,… He,..kenapa kamu ini bocah?, bukanya
kamu kesini mau menjemput bu nyai?!, tanya pak kyai. Tidak
pak kyai, maafkan muridmu yang bodoh ini, setelah menuruti anjuran pak kyai
untuk berjamaah, saya sadar sekarang, lewat shalat berjamaah saya belajar mengendalikan
diri, mengendalikan nafsu dan egoisme, tidak semata-mata saya sujud bila imam
belum sujud, dan banyak lagi manfaat yang dapat saya pelajari, termasuk
menginginkan sesuatu yang bukan hak saya pak kyai, sekali lagi maafkan murid. Sang kyai pun tersenyum dan berkata
bijak; bangunlah muridku, Engkau telah
menemukan sejatinya shalat, shalat yang sempurna itu berdampak Tanha Anil Fhsya
Wal Munkar, sedangkan untuk mencapai yang sempurna adalah berjamaah.
Naah, begitulah ahir
ceritanya nak, kau paham kan? nak… ah kau terlelap rupanya, haduuh!,..maafkan
ayah nak, ayah lupa kalau kau baru berusia dua bulan dalam gembolan
ibumu,..jangan mengadu ibumu ya?!.. awas.
1 komentar:
Write komentarawalnya saya ragu untuk megikuti pesugihan KIYAI DIMAS KANJEN atau bisa dibilang uang goib tapi saya pikir tidak ada salahnya untuk mencoba dan setelah saya menghubungi KIYAI DIMAS KANJEN saya minta bantuan uang goib sama beliau .dan saya benar-benar sudah membuktikan demi allah bahwa KIYAI DIMAS KANJEN bisa merubah kehidupan saya dalam sekejap awalnya saya sangat miskin makanpun susah ,alhamdulillah dengan bantuan KIYAI DIMAS KANJEN saya bisa merubah kehidupan saya jauh lebih baik daripada sebelumnya beliau membantu saya uang goib 900 juta .saya sangat berterimah kasih kepada KIYAI DIMAS KANJEN atas bantuan beliau ,dan saya menyapaikan kepada saudarah-saudarah yang ingin merubah nasib seperti saya hubungi 082_349_535_132 KIYAI DIMAS KANJEN TAAT PERIBADI saya sudah membuktikannya sendiri
ReplyEmoticonEmoticon