Seorang pemrogram komputer yang saya pesan untuk memperbaiki PC
di rumah datang terlambat. Katanya, di tengah jalan banmobilnya kempes. Ketika
sedang memperbaiki komputer, bor listriknya macet tak mau berfungsi. Akibat
berbagai masalah tadi, ia kehilangan waktu kerjanya hampir dua jam.
Rupanya penderitaannya tak hanya berhenti di sini. Persis saat
mau pulang, mendadak mesin mobilnya ogah di start dan mogok. Agar tidak
kemalaman, saya mengantarkannya pulang.
Dalam perjalanan ia tampak termenung sedih atas kesialan yang
bertubi-tubi menimpanya hari itu. Sesampainya di depan rumahnya, tiba-tiba ia
berhenti sebentar di depan sebuah pohon kecil yang tumbuh di halaman depan. Ia
menyentuh ujung-ujung cabang pohon itu dengan kedua tangannya.
Setelah itu, raut mukanya menampakkan perubahan besar. Begitu
pintu rumah terbuka, wajah yang semula lesu kusam itu mendadak penuh senyuman.
Dengan riang dan hangat ia memeluk kedua anaknya serta mencium sang istri yang
menyambutnya. Karena penasaran, sebelum berpamitan saya bertanya apa yg dia
lakukan dengan pohon tersebut ?
"Oh, itu adalah pohon masalah saya," jawabnya.
Menyadari lawan bicaranya kebingungan, pria ini melanjutkan bicara.
"Saya sadar, ada banyak persoalan muncul dalam pekerjaan.
Namun, yang pasti segala permasalahan itu bukan milik orang rumah, baik anak
maupun istri saya. Itulah sebabnya, sore hari setiap pulang dari kantor,
sebelum masuk rumah saya selalu menaruh semua masalah atau problem pekerjaan di
pohon ini.
Keesokan harinya, saya ambil untuk di bawa ke kantor lagi."
"Anehnya",
lanjutnya sambil tersenyum, "di pagi hari ketika saya ambil lagi
masalah-masalah tersebut dari pohon, rasanya tidak lagi seberat ketika saya
taruh kemarin sore."
EmoticonEmoticon