PENYEBUTAN MAHAR ALAT-ALAT SHOLAT




HASIL MUSYKERWIL (MUSYAWARAH KERJA)
PW. NU JAWA TENGAH TAHUN 2013

KOMISI BAHTSUL MASA`IL WAQI’IYYAH

MAHAR BERUPA ALAT-ALAT SHALAT

Deskripsi masalah:
Ada akad nikah dengan shighot:

أَنْكَحْتُكَ وَزَوَّجْتُكَ مَخْطُوْبَتَكَ فُلَانَةْ بِنْتَ فُلَانْ بِمَهْرِ أَدَواتِ الصَّلَاةِ حَالًّا

Sebagaimana sudah diketahui bersama bahwa alat-alat sholat itu bermacam-macam kadarnya dan berbeda-beda jenis serta harga / nilainya. Seperti contoh pasangan pengantin A menggunakan mahar alat-alat sholat berupa mukena bahan sutera, sajadah, tasbih, Al-Quran, sementara pasangan pengantin B menggunakan mahar berupa mukena bahan katun dan sajadah saja. Dan sering terjadi pula yang diberikan itu tidak hanya alat-alat sholat saja, ditambah emas 3 gram misalnya, sementara dalam penyebutannya terkadang hanya alat-alat sholat saja dan terkadang disebut semua.
Disisi lain, pengantin laki-laki dalam qobulnya ada yang menggunakan kalimat qobiltu dzaalik atau qobiltu bidzaalik atau qobitu ‘alaa dzaalik

Pertanyaan:
a. Bagaimana hukum penyebutan maskawin alat-alat sholat 
sebagaimana deskripisi diatas ?

b. Bagaimana hukum akad nikah yang qobulnya menggunakan
kalimat qobiltu dzaalik atau qobiltu bidzaalik atau qobiltu
‘alaa dzaalik tersebut ?

c. Jika tidak sah, bagaimana solusinya baik pada item a maupun
item b ?

(Pertanyaan dari PW LBMNU JATENG)

Jawaban:

a.Sah

Karena penyebutan maskawin alat-alat shalat termasuk SHADAAQ MAUSHUF dan sudah MA’LUUM (yaitu pakaian yang digunakan untuk menutupi aurat dalam shalat untuk perempuan, dhi mukenah / rukuh) 

Keterangan, dari kitab:

1. Raudhatuth Thalibin juz V halaman 588, maktabah syamilah, (6/250, cet. Daar Al-Fikr tahun 1425 H):

فَرْعٌ أَصْدَقَهَا عَبْدًا أَوْ ثَوْبًا غَيْرَ مَوْصُوْفٍ، فَالتَّسْمِيَةُ فَاسِدَةٌ، وَيَجِبُ مَهْرُ الْمِثْلِ قَطْعًا. وَإِنْ وَصَفَ الْعَبْدَ وَالثَّوْبَ، وَجَبَ الْمُسَمَّى، 

2. Asnal Mathaalib juz III halaman 204, maktabah syamilah:

اَلْبَابُ الثَّانِيْ فِيْ حُكْمِ الصَّدَاقِ الْفَاسِدِ وَلِفَسَادِهِ أَسْبَابٌ سِتَّةٌ اَلْأَوَّلُ ضَرْبَانِ أَحَدُهُمَا عَدَمُ الْمَالِيَّةِ فِيْهِ مُطْلَقًا أَوْ لِلزَّوْجِ كَخَمْرٍ وَمَغْصُوْبٍ وَقَدْ سَبَقَ حُكْمُهُ
إلى أن قال:
وَثَانِيْهِمَا اَلْجَهَالَةُ كَأَنْ أَصْدَقَهَا عَبْدًا أَوْ ثَوْبًا غَيْرَ مَوْصُوْفٍ فَيَجِبُ مَهْرُ الْمِثْلِ لِفَسَادِ التَّسْمِيَةِ

3. Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhuu juz IX halaman 245-248, maktabah syamilah, (7/ 254-255, Cet. Daar Al-Fikr, tahun 1431 / 2010):

يُشْتَرَطُ فِي الصَّدَاقِ شُرُوْطٌ ثَلَاثَةٌ:
إلى أن قال:
اَلثَّانِيْ ـ أَنْ يَكُوْنَ مَعْلُوْمًا

b. http://www.facebook.com/groups/piss.ktb/doc/575838639105615/

c. Solusi untuk item b, akad nikah harus diulang
Previous
Next Post »