SEBAGIAN ‘AMALIAH DI MALAM NISFU SYA’BAN
Membaca surah yasiin sebanyak 3x sesudah sembahyang
sunat ba’diah maghrib dengan Niat sebagai berikut:
1. NIAT YANG PERTA
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIIM
Ya Allah Ya Tuhanku ampunilah segala Dosaku dan Dosa
ibu bapaku dan Dosa keluargaku dan dosa jiranku dan Dosa muslimin dan muslimat,
dan panjangkanlah umurku di dalam tha’at ibadat kepada engkau dan kuatkanlah
imanku dengan berkat surat Yasiin.
2. NIAT YANG KE DUA
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIIM
Ya ALLAH YA TUHANKU ampunilah segala dosaku dan dosa
ibu bapaku dan dosa keluargaku dan dosa jiranku dan dosa muslimin dan muslimat,
dan peliharakanlah diriku dari segala kebinasaan dan penyakit, dan kabullanlah
hajatku dengan berkat surat Yasiin.
3.NIAT YANG KETIGA
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIIM
YA ALLAH YA TUHANKU ampunilah segala dosaku dan dosa
ibu bapaku dan dosa keluargaku dan dosa jiranku dan dosa muslimin dan muslimat,
dan kayakanlah hatiku dari segala makhluk dan berilah aku dan kelurgaku dan
jiranku HUSNUL KHATIMAH dengan berkat surat Yasiin.
Amalan di Malam Nishfu Sya’ban
mengenai doa dimalam nisfu sya’ban adalah sunnah
Rasul saw, sebagaimana hadits2 berikut :
Sabda Rasulullah saw : “Allah mengawasi dan
memandang hamba hamba Nya di malam nisfu sya’ban, lalu mengampuni dosa dosa
mereka semuanya kecuali musyrik dan orang yg pemarah pada sesama muslimin”
(Shahih Ibn Hibban hadits no.5755)
berkata Aisyah ra : disuatu malam aku kehilangan
Rasul saw, dan kutemukan beliau saw sedang di pekuburan Baqi’, beliau
mengangkat kepalanya kearah langit, seraya bersabda : “Sungguh Allah turun ke
langit bumi di malam nisfu sya’ban dan mengampuni dosa dosa hamba Nya sebanyak
lebih dari jumlah bulu anjing dan domba” (Musnad Imam Ahmad hadits no.24825)
berkata Imam Syafii rahimahullah : “Doa mustajab
adalah pada 5 malam, yaitu malam jumat, malam idul Adha, malam Idul Fitri,
malam pertama bulan rajab, dan malam nisfu sya’ban” (Sunan Al Kubra Imam
Baihaqiy juz 3 hal 319).
dengan fatwa ini maka kita memperbanyak doa di malam
itu, jelas pula bahwa doa tak bisa dilarang kapanpun dan dimanapun, bila mereka
melarang doa maka hendaknya mereka menunjukkan dalilnya?,
bila mereka meminta riwayat cara berdoa, maka
alangkah bodohnya mereka tak memahami caranya doa, karena caranya adalah
meminta kepada Allah,
pelarangan akan hal ini merupakan perbuatan mungkar
dan sesat, sebagaimana sabda Rasulullah saw : “sungguh sebesar besarnya dosa
muslimin dg muslim lainnya adalah pertanyaan yg membuat hal yg halal dilakukan
menjadi haram, karena sebab pertanyaannya” (Shahih Muslim)
disunnahkan malam itu untuk memperbanyak ibadah dan
doa, sebagaimana di Tarim para Guru Guru mulia kita mengajarkan murid muridnya
untuk tidak tidur dimalam itu, memperbanyak Alqur’an doa, dll
Sahabatku Sekalian...
Pada malam tanggal 15 Sya'ban (Nisfu Sya'ban) telah
terjadi peristiwa penting dalam sejarah perjuangan umat Islam yang tidak boleh
kita lupakan sepanjang masa. Di antaranya adalah perintah memindahkan kiblat
salat dari Baitul Muqoddas yang berada di Palestina ke Ka'bah yang berada di
Masjidil Haram, Makkah pada tahun ke delapan Hijriyah.
Sebagaimana kita ketahui, sebelum Nabi Muhammad hijrah
ke Madinah yang menjadi kiblat salat adalah Ka'bah. Kemudian setelah beliau
hijrah ke Madinah, beliau memindahkan kiblat salat dari Ka'bah ke Baitul
Muqoddas yang digunakan orang Yahudi sesuai dengan izin Allah untuk kiblat
salat mereka. Perpindahan tersebut dimaksudkan untuk menjinakkan hati
orang-orang Yahudi dan untuk menarik mereka kepada syariat al-Quran dan agama
yang baru yaitu agama tauhid.
Tetapi setelah Rasulullah saw menghadap Baitul
Muqoddas selama 16-17 bulan, ternyata harapan Rasulullah tidak terpenuhi.
Orang-orang Yahudi di Madinah berpaling dari ajakan beliau, bahkan mereka
merintangi Islamisasi yang dilakukan Nabi dan mereka telah bersepakat untuk
menyakitinya. Mereka menentang Nabi dan tetap berada pada kesesatan.
Karena itu Rasulullah saw berulang kali berdoa
memohon kepada Allah swt agar diperkenankan pindah kiblat salat dari Baitul
Muqoddas ke Ka'bah lagi, setelah Rasul mendengar ejekan orang-orang Yahudi yang
mengatakan, "Muhammad menyalahi kita dan mengikuti kiblat kita. Apakah
yang memalingkan Muhammad dan para pengikutnya dari kiblat (Ka'bah) yang selama
ini mereka gunakan?"
Ejekan mereka ini dijawab oleh Allah swt dalam surat
al Baqarah ayat 143:
وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِى كُنْتَ عَلَيْهَا إلاَّ لِيَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ.
Dan kami tidak menjadikan kiblat yang menjadi
kiblatmu, melainkan agar kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa
yang membelot…
Dan pada akhirnya Allah memperkenankan Rasulullah
saw memindahkan kiblat salat dari Baitul Muqoddas ke Ka'bah sebagaimana firman
Allah dalam surat al-Baqarah ayat 144.
Diantara kebiasaan yang dilakukan oleh umat Islam
pada malam Nisfu Sya'ban adalah membaca surat Yasin tiga kali yang setiap kali
diikuti doa yang antara lain isinya adalah:
"Ya Allah jika Engkau telah menetapkan aku di
sisi-Mu dalam Ummul Kitab (buku induk) sebagai orang celaka atau orang-orang
yang tercegah atau orang yang disempitkan rizkinya maka hapuskanlah ya Allah
demi anugerah-Mu, kecelakaanku, ketercegahanku, dan kesempitan
rizkiku.."
Bacaan Yasin tersebut dilakukan di masjid-masjid,
surau-surau atau di rumah-rumah sesudah salat maghrib.
Sebagian dari orang-orang yang mengaku ahli ilmu
telah menganggap ingkar perbuatan tersebut, menuduh orang-orang yang
melakukannya telah berbuat bid'ah dan melakukan penyimpangan terhadap agama
karena doa dianggap ada kesalahan ilmiyah yaitu meminta penghapusan dan
penetapan dari Ummul Kitab. Padahal kedua hal tersebut tidak ada tempat bagi
penggantian dan perubahan.
Tanggapan mereka ini kurang tepat, sebab dalam
syarah kitab hadist Arbain Nawawi diterangkan bahwa takdir Allah swt itu ada
empat macam:
1. Takdir yang ada di ilmu Allah. Takdir ini tidak
mungkin dapat berubah, sebagaimana Nabi Muhammad saw bersabda:
لاَيَهْلِكُ اللهُ إلاَّ هَالِكًا
"Tiada Allah mencelakakan kecuali orang celaka,
yaitu orang yang telah ditetapkan dalam ilmu Allah Taala bahwa dia adalah orang
celaka."
2. Takdir yang ada dalam Lauhul Mahfudh. Takdir ini
mungkin dapat berubah, sebagaimana firman Allah dalam surat ar-Ra'du ayat 39
yang berbunyi:
يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الكِتَابِ.
"Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan
menetapkan apa yang dikehendaki, dan di sisi-Nyalah terdapat Ummul Kitab
(Lauhul Mahfudz)."
Dan telah diriwayatkan dari Ibnu Umar, bahwa beliau
mengucapkan dalam doanya yaitu "Ya Allah jika engkau telah menetapkan aku
sebagai orang yang celaka maka hapuslah kecelakaanku, dan tulislah aku sebagai
orang yang bahagia".
3. Takdir dalam kandungan, yaitu malaikat
diperintahkan untuk mencatat rizki, umur, pekerjaan, kecelakaan, dan
kebahagiaan dari bayi yang ada dalam kandungan tersebut.
4. Takdir yang berupa penggiringan hal-hal yang
telah ditetapkan kepada waktu-waktu yang telah ditentukan. Takdir ini juga
dapat diubah sebagaimana hadits yang menyatakan: "Sesungguhnya sedekah dan
silaturrahim dapat menolak kematian yang jelek dan mengubah menjadi
bahagia." Dalam salah satu hadits Nabi Muhammad saw pernah bersabda,
إنَّ الدُّعَاءَ وَالبَلاَءَ بَيْنَ السَّمَاءِ والاَرْضِ يَقْتَتِلاَنِ وَيَدْفَعُ الدُّعَاءُ البَلاَءَ قَبْلَ أنْ يَنْزِلَ.
"Sesungguhnya doa dan bencana itu diantara
langit dan bumi, keduanya berperang; dan doa dapat menolak bencana, sebelum
bencana tersebut turun."
Diantara kebiasaan kaum muslimin pada malam Nisfu
Sya'ban adalah melakukan salat pada tengah malam dan datang ke pekuburan untuk
memintakan maghfirah bagi para leluhur yang telah meninggal dunia. Kebiasaan
seperti ini adalah berdasar dari amal perbuatan atau sunnah Nabi Muhammad saw.
Antara lain ada hadist yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dalam Musnadnya dari
Sayidah Aisyah RA, yang artinya kurang lebih sebagai berikut:
"Pada suatu malam Rasulullah saw berdiri
melakukan salat dan beliau memperlama sujudnya, sehingga aku mengira bahwa
beliau telah meninggal dunia. Tatkala aku melihat hal yang demikian itu, maka
aku berdiri lalu aku gerakkan ibu jari beliau dan ibu jari itu bergerak lalu
aku kembali ke tempatku dan aku mendengar beliau mengucapkan dalam sujudnya:
"Aku berlindung dengan maaf-Mu dari siksa-Mu; aku berlindung dengan
kerelaan-Mu dari murka-Mu; dan aku berlindung dengan Engkau dari Engkau. Aku
tidak dapat menghitung sanjungan atas-Mu sebagaimana Engkau menyanjung atas
diri-Mu." Setelah selesai dari salat beliau bersabda kepada Aisyah,
"Ini adalah malam Nisfu Sya'ban. Sesungguhnya Allah 'azza wajalla berkenan
melihat kepada para hamba-Nya pada malam Nisfu Sya'ban, kemudian mengampunkan
bagi orang-orang yang meminta ampun, memberi rahmat kepada orang-orang yang memohon
rahmat, dan mengakhiri ahli dendam seperti keadaan mereka."
Nabi Muhammad saw pada malam Nisfu Sya'ban berdoa
untuk para umatnya, baik yang masih hidup maupun mati. Dalam hal ini Sayidah
Aisyah RA meriwayatkan hadits:
إنَّهُ خَرَجَ فِى هَذِهِ اللَّيْلَةِ إلَى الْبَقِيعِ فَوَجَدْتُهُ يَسْتَغْفِرُ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ وَالشُّهَدَاءِ.
"Sesungguhnya Nabi Muhammad saw telah keluar
pada malam ini (malam Nisfu Sya'ban) ke pekuburan Baqi' (di kota Madinah)
kemudian aku mendapati beliau (di pekuburan tersebut) sedang memintakan ampun
bagi orang-orang mukminin dan mukminat dan para syuhada."
Banyak hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad bin
Hanbal, at-Tirmidzi, at-Tabrani, Ibn Hibban, Ibn Majah, Baihaqi, dan an-Nasa'i
bahwa Rasulullah saw menghormati malam Nisfu Sya'ban dan memuliakannya dengan
memperbanyak salat, doa, dan istighfar.
EmoticonEmoticon