PERTANYAAN :
السلام عليكم و رحمة
الله و بركاته
Kami ingin
menanyakan, Apakah darah keputihan termasuk رطوبة الفرج, sehingga di–hukumi
Najis?Terima kasih atas Jawabannya
JAWABAN :
Wa'alaikumsalam
Shalat Wanita Yang
Keputihan
Hasil Bahts Masail LBM
NU Mojokerto
Permasalahan:
Cairan putih yang
keluar dari kemaluan seorang wanita, akibat penyakit keputihan apakah termasuk
haid? Najis ataukah tidak? Dan bagaimana caranya shalat bagi wanita tersebut?
Jawaban:
Tidak termasuk haid.
Cairan putih sebab keputihan hukumnya najis, karena keluar dari dalam farji. Untuk
masalah shalat bagi wanita yang menderita keputihan, apabila cairan itu keluar
terus menerus seperti orang beser, maka berlaku hukum seperti orang yang beser.
Cara yang harus
dilakukan adalah dengan mensucikan kemaluan/farji, setelah itu disumbat dengan
pembalut atau kapas. Barulah kemudian berwudlu dengan menyegerakan shalat.
Penderita keputihan dan orang yang beser tidak boleh menunda-nunda shalat
setelah berwudlu, kecuali untuk kemaslahatan shalat seperti menjawab adzan atau
menunggu jamaah.
Dasar Pengambilan
Hasyiyah Jamal II hal.
149
( قَوْلُهُ وَرُطُوبَةٍ
فَرْجٍ ) هِيَ مَاءٌ أَبْيَضُ مُتَرَدِّدٌ بَيْنَ الْمَذْيِ وَالْعَرَقِ وَمَحِلُّ
ذَلِكَ إذَا خَرَجَتْ مِنْ مَحَلٍّ يَجِبُ غَسْلُهُ ، فَإِنْ خَرَجَتْ مِنْ
مَحِلٍّ لَا يَجِبُ غَسْلُهُ فَهِيَ نَجِسَةٌ ؛ لِأَنَّهَا رُطُوبَةٌ جَوْفِيَّةٌ
وَهِيَ إذَا خَرَجَتْ إلَى الظَّاهِرِ يُحْكَمُ بِنَجَاسَتِهَا وَإِذَا لَاقَاهَا
شَيْءٌ مِنْ الطَّاهِرِ تَنَجَّسَ
(pernyataan cairan
dalam kemaluan) yaitu cairan putih yang ambigu antara madzi dan keringat. Titik
tekan masalah ini, yaitu ketika cairan itu keluar dari tempatnya yang wajib
membersihkannya. Apabila cairan itu keluar dari tempat yang tidak wajib
dibersihkan maka dihukumi najis, karena hal itu merupakan cairan dari dalam.
Apabila cairan itu keluar dari anggota dzahir, maka dihukumi najis. Apabila
sesuatu yang suci bersentuhan dengannya maka menjadi mutanajis.
Minhaj al Tullab I hal
26
والاستحاضة كسلس فلا
تمنع ما يمنعه الحيض فيجب أن تغسل مستحاضة فرجها فتحشوه فتعصبه بشرطهما فتطهر لكل
فرض وقته وتبادر به ولا يضر تأخيرها لمصلحة كستر وانتظار جماعة
Istihadzah (darah
penyakit) itu seperti orang yang beser, maka orang yang istihadzah tidak
tercegah melakukan sesuatu yang tidak boleh dilakukan oleh orang yang haid.
Maka wajib bagi seorang yang istihadzah untuk mensucikan farjinya, menyumpal
dan membalutnya sesuai dengan syarat-syaratnya, kemudian berwudlu. Hal ini
wajib dilakukan setiap akan menjalankan shalat fardlu dan bersegera
menjalankannya. Mengakhirkan shalat (setelah wudlu) diperboleh bila untuk kemaslahatan
seperti menutup aurat atau menunggu jamaah.
EmoticonEmoticon