TANDA-TANDA KYAI SEJATI


Kadang saya berkhayal, seandainya orang yang 'alim itu memiliki tanda khusus, misalnya jidatnya memancarkan cahaya, dan semakin terang cahayanya maka semakin tinggi pula ilmunya. Pastilah tidak ada orang awam yang tertipu. Tidak ada orang yang keliru. Karena akan sangat tampak dengan jelas perbedaan antara orang yang benar-benar 'alim dengan orang yang hanya benar-benar sok 'alim. Antara kyai akhirat dengan kyai dunia. Antara kyai ahli ngaji dengan kyai dukun tukang kibul. Antara ustadz-ustadz sungguhan dengan ustadz-ustadz gadungan.

Namun kenyataannya tidaklah seperti itu. Sama saja. Tidak ada tanda apa-apa yang membedakan. Kalaupun ada tanda-tandanya,­ mungkin hanya tutur kata dan perilakunya saja. Tapi inipun hanya tanda yang tidak mutlak, karena tutur kata dan perilaku bisa dibuat-buat, bisa direkayasa (seperti halnya orang-orang munafik). Bahkan kyai dukun tukang kibul, atau ustadz-ustadz gadungan, tutur kata dan perilaku mereka malah tampak jauh lebih hebat dan lebih dahsyat (di mata orang awam) dibanding kyai-kyai dan ustadz-ustadz yang beneran. 

Mengapa begitu? Karena kyai-kyai dukun dan ustadz-ustadz gadungan, butuh menutupi kemunafikan dan kebusukan mereka dengan ucapan dan perbuatan. Ucapan mereka penuh dusta, perbuatan mereka dibuat-buat, sehingga (oleh orang-orang awam yang hanya melihat penampilan), mereka itu tampak lebih meyakinkan dibanding kyai sungguhan yang tidak butuh menutupi kepalsuan dan kemunafikan dengan ucapan penuh tipuan dan penampilan yang sok-sokan yang berlebihan. Disinilah kebanyakan orang awam terpedaya dan tertipu.

Karena tidak ada tanda khusus yang membedakan mereka. Karena jidat kyai-kyai dan ustadz-ustadz sungguhan tidak memancarkan cahaya yang menyilaukan mata. Karena ucapan dan perbuatan mereka hanya biasa-biasa saja, seperti orang kebanyakan lainnya. Mereka tidak bisa terbang (seperti Gatutkaca). Mereka tidak bisa amblas masuk ke perut bumi (seperti Antareja). Mereka tidak bisa membelah diri (seperti Kian Santang). Mereka tidak memiliki kesaktian apa-apa.

Inilah yang menyebabkan orang awam keliru, terpedaya dan tidak bisa membedakan mana yang kyai atau ustadz sejati, dengan kyai dukun atau ustadz gadungan. Akhirnya yang seharusnya dipercaya, malah tidak dipercaya. Yang seharusnya dita'dzimi malah tidak dita'dzimi. Yang mestinya diikuti malah tidak diikuti. Jadinya kebalik-balik. Keliru. Tersesat. Karena hanya mengikuti persangkaan nafsu, memilih kyai hanya berdasarkan 'hal-hal aneh dan kesaktian' bukan pada 'kesalehan dan ketaqwaan'. 
Previous
Next Post »