oleh Asyharun Nawa Gebang Arum Bonang Demak
Membaca dan membawa mushaf haram hukumnya atas wanita yang
sedang haid. Membaca dan menulis merupakan bagian utama dari kegiatan proses
belajar dan mengajar (ta’lim wat-ta’allum) di madrasah berlaku umum untuk semua
murid (siswa dan sisiwi) tak terkecuali siswi yang sedang haid. materi
pelajaran agama Islam yang pada umumnya memuat ayat Al-Quran menimbulkan
masalah tersendiri bagi siswi yang sedang haid di saat ia membaca dan menulis
karena mendapat tugas dari guru atau sedang ujian.
Pertanyaan:
a.
Ketika siswi sedang haid bolehkah ia membawa buku/kitab yang sebagian isinya
adalah ayat Al-Quran?
b. Wajibkah dia menolak
tugas dari guru untuk membaca ayat Al-Quran?
c. Apa
yang harus dia perbuat di saat dia harus menulis ayat Al-Quran karena sedang
mengikuti ujian?
d.
Wajibkah guru/sekolah membuat kebijakan khusus untuk siswi-siswi yang sedang
haid terkait pelajaran yang melibatkan aktifitas membaca dan menulis Al-Quran?
Jawaban 3 a:
Siswi
yang sedang haid membawa atau
menyentuh buku pelajaran yang berisi Al-Quran diperbolehkan menurut
pendapat ashoh (lebih Shahih). Adapun membawa
atau menyentuh mushaf yang dijilid menjadi satu dengan selain
mushaf ditafsil :
1.
Boleh jika mushafnya lebih sedikit dari pada yang lain (bukan mushaf).
2.
Tidak boleh jika mushafnya lebih banyak atau sama dengan yang lain.
المجموع ج 2 ص 86
(تنبيه) يحل للمحدث حدثا أكبر أن يذكر القرآن وغيرها كمواعظه واخباره واحكامه لابقصد القران كقوله عند الركوب (سبحان الذي سخرلنا …. الخ) أي مطيقين, وعند المصيبة ( انا لله وانا اليه راجعون ) وما جرى به لسانه بلا قصد فان قصد القران وحده اومع الذكر حرم وان اطلق فلا …. الى ان قال ..اما اذا قرأ شيئا لاعلى قصد القران فيجوز
“(peringatan):
Halal bagi orang yang berhadats besar menyebutkan ayat Al-Quran dan selainnya,
seperti memberi nasehat, mengabarkan, dan menghukumi bukan dengan tujuan
membaca Al-Quran. Sebagaimana ucapannya ketika naik kendaraan: (سبحان الذي سخرلنا …الخ ) dan ketika tertimpa musibah (نا لله وانا اليه راجعون ) dan apa saja yang di ucapkan lisannya tanpa bertujuan membaca
Al-Quran. Apabila
bertujuan membaca Al-Quran saja, atau disertai dengan tujuan berdzikir
maka HARAM hukumnya. Bila muthlaq (tidak bertujuan apa-apa) maka
tidak haram”.
Jawaban 3 c:
Siswi
yang sedang haid ketika harus menulis Al-Quran harus menghindari jangan sampai
menyentuh tulisannya.
فتاوى الامام النووي 21
(مسألة) هل يجوز تمكين المميز من كتابة القران فى اللوح وحمله وحمل المصحف وهو محدث اوجنب وكيف تتصور الجنابة فى حقه؟ وهل للبالغ كتابة القران وهو محدث او جنب وكذالك المرأة؟ (الجواب) يجوز تمكين الصبي المميز من ذالك وتتصور جنابته بالوطء سواء أولج او أولج فيه غيره واما البالغ من الرجال او النساء فلايجوز له كتابة القران الا ان يكتبه بحيث لايمس المكتوب فيه ولا يحمله بان يضع بين يديه في حال الكتابة.
Terjemahan
kalimat yang digaris bawahi: “Adapun orang laki-laki dan perempuan yang baligh
(yang berhadats besar) maka tidak boleh
baginya menulis ayat Al-Quran kecuali menulisnya dengan tanpa menyentuh
tulisannya, misalnya tulisannya diletakkan di depannya sambil mengangkat
tangannya ketika menulis”.
Jawaban
3 d:
Sudah seharusnya guru
memberikan petunjuk kepada siswinya yang sedang haid tentang cara/teknis, yang
sekiranya dia (siswi yang haid) terhindar dari tindakan yang diharamkan.
إسعاد الرفيق 73
يجب على ولي الصبي والصبية المميزين من كل من الابوين وان علا ولو من جهة الام على الكفاية ويسقط بفعل احدهما من الاخر لانه من الامر بالمعروف ولذا خطبت به الام ولاولاية لها ثم الوصي فالقيم فالملتقط ومثله السيد والمودع والمستعير (ان يأمرهما ) أي الصبي والصبية ( بالصلاة ) ولوقضاء وبغيرها من امور الشرع الظاهرة ولو سنة كسواك وينهى هما عن منهيات ولومكروها
“Wajib
dengan wajib kifayah bagi wali, orang tua dua dan ke atas (kakek nenek) walaupun
dari sisi ibu, penasihat, pemimpin (termasuk kepala sekolah), penemu anak,
majikan, orang yang di titipi, peminjam anak untuk memerintahkan mereka agar
mengerjakan sholat, meskipun sholat qadla, dan (mengajarkan) hukum-hukum agama
yang dhohir meskipun sunnah, seperti si-wakan, dan melarang mereka dari
perbuatan yang dilarang, meskipun makruh. Kewajiban itu akan gugur dari kedua
orang tua bila salah satunya telah mengerjakannya, karena hal tersebut termasuk
amar ma’ruf, dan karena inilah seorang ibu di perintahkan melaksanakan hal di
atas meskipun dia tidak mempunyai kekuasaan (kewalian).
EmoticonEmoticon