Pertanyaan:
Ada dua pendapat menurut
as-Syafi’i tentang batalnya wudlu bagi orang yang “disentuh” perempuan lain.
Yang dipermasalahkan: manakah yang paling utama untuk kita ikuti? Mengikuti
pendapat kedua dari imam Syafi’i itu atau pindah madzhab lain? Dan bagaimana
hukumnya pindah madzab pada waktu tertentu?
Jawaban:
Mana yang lebih utama, ada dua
pendapat: Pertama, boleh memilih antara qoul
tsani dan pindah madzab lain. Kedua, lebih baik taqlid pada
qoul tsani. Sedangkan pindah madzab pada waktu tertentu adalah boleh.
Dasar Pengambilan Hukum:
1. Hasyiyah Ibnu Hajar ‘Ala
al-Idlah Fi Manasiki al-Hajj li al-Nawawi, Hlm. 236
وَفِى الْمَلْمُوْسِ قَوْلاَنِ لِلشَّافِعِىِّ
رَحِمَهُ اللهُ، أَصَحُّهُمَا عِنَد أَكْثَرِ أَصْحَابِهِ أَنَّهُ يَنْتَقِضُ
وُضُوْءُهُ وَهُوَ نَصُّهُ فِى أَكْثَرِ كُتُبِهِ. وَالثَّانِى لاَ يَنْتَقِضُ
وُضُوْءُهُ وَاخْتَارَهُ جَمَاعَةٌ قَلِيْلَةٌ فِى اَصْحَابِهِ وَالْمُخْتَارُ
اْلاَوَّلُ.
"Dalam masalah seseorang yang tersentuh dengan wanita lain yang bukan
mahramnya, menurut imam Syafii ada dua pendapat. Yang ashoh dari kedua pendapat
menurut kebanyakan santrinya (sahabatnya) hal itu merusakkan (membatalkan)
wudlunya. Pendapat itu merupakan nash dari imam Syafi’i dalam kebanyakan
kitabnya. Sedangkan pendapat kedua tidak membatalkan wudlunya dan pendapat ini
dipilih oleh kelompok kecil dari santrinya. Yang muhtar (terpilih) adalah
pendapat yang pertama".
2. Bughyatu al-Mustarsyidin,
Hlm. 9
يَجُوْزُ تَقْلِيْدُ مُلْتَزِمِ مَذْهَبِ
الشَّافِعِىّ غَيْرَ مَذْهَبِهِ أَوِ الْمَرْجُوْحِ لِلضَّرُوْرَةِ اَىِ
الْمَشَقَّةِ الَّتِى لاَ تُحْتَمَلُ عَادَةً. وفى سبعة كتب مفيدة ص مانصه:
وَاعْلَمْ أَنَّ اْلأَصَحَّ مِنْ كَلاَمِ الْمُتَأَخِّرِيْنَ كَالشَّيْخِ ابْنِ
حَجَرٍ وَغَيْرِهِ أَنَّهُ يَجُوْزُ اْلإِنْتِقَالُ مِنْ مَذْهَبٍ إِلَى مَذْهَبٍ
مِنَ الْمَذَاهِبِ الْمُدَوَّنَةِ وَلَوْ لِمُجَرَّدِ التَّشَهِّى سَوَاءٌ
إِنْتَقَلَ دَوَامًا أَوْبَعْضَ الْحَادِثَاتِ.
"Boleh taqlid (mengikuti) bagi yang
tetap yang tetap madzab Imam Syafi’i pada selain madzabnya, atau pada pendapat
yang marjuh karena dhorurot. Artinya masyakot (sulit) yang tidak menjadi
kebiasaan. Dalam kitab sab’atul kutubi almufidah di jelaskan: ketahuilah
sesungguhnya yang ashoh menurut pendapat ulama mutaakhirin (yang akhir-akhir)
seperti syekh ibnu hajar dan lainnya. Yaitu boleh pindah madzab ke madzab lain
dari beberapa madzab yang telah dibukukan, meskipun hanya untuk keinginan, baik
pindahnya itu untuk selamanya atau didalam sebagian kejadian".
3. Sab’atu Kutubi al-Mustafidah,
Hlm. 160
اْلأَصَحُّ أَنَّ الْعَامِىَ مُخَيَّرٌ
بَيْنَ تَقْلِيْدِ مَنْ شَاءَ وَلَوْ
مَفْضُوْلاً عِنْدَهُ مَعَ
وُجُوْدِ اْلأَفْضَلِ مَا لَمْ يَتَتَبَّعِ
الرُّخَصُ، بَلْ وَإِنْ تَتَبَّعَهَا عَلَى مَا قَالَهُ عِزُّ الدِّيْنِ عَبْدِ
السَّلاَمِ وَغَيْرُهُ.
"Yang ashah,
sesungguhnya orang awam (al-am) boleh memilih antara mengikuti pendapat orang
yang dikehendaki meskipun pendapat yang diungguli disisinya, padahal ada yang
lebih afdlol. Selama ia tidak berturut-turut mengikuti yang ringan (rukhsoh)
bahkan meskipun berturut-turut (juga boleh) menurut apa yang dikatakan oleh
Imam Izzuddin bin ‘abdi salam dan lain-lainnya".
4. Hamisy I’anatu al-Thalibin, Juz
Í, Hlm. 59
وَحِيْنَئِذٍ تَقْلِيْدُ أَحَدِ هَذَيْنِ الْقَوْلَيْنِ
أَوْلَى مِنْ تَقْلِيْدِ أَبِي حَنِيْفَةَ.
"Dengan demikian, mengikuti salah satu
dari dua pendapat ini lebih baik dari mengikuti madzab Abi Hanifah.
5. Al-Fawaidu al-Madaniyah al-Kubra
إِنَّ تَقْلِيْدَ الْقَوْلِ أَوِ الْوَجْهِ
الضَّعِيْفِ فِي الْمَذْهَبِ بِشَرْطِهِ أَوْلىَ مِنْ تَقْلِيْدِ مَذْهَبِ
الْغَيْرِ لِعُسْرِ اجْتِمَاعِ شُرُوْطِهِ
"Mengikuti pendapat atau wajah
dhoif didalam madzabnya dengan syarat-syaratnya, itu lebih utama dari pada
mengikuti madzab-madzab lain, karena sulitnya mengumpulkan
sarat-saratnya".
6. Jam’u ar-Risalatain Fi Ta’addudi al-Jum’atain, Hlm. 14
اْلقَدِيْمُ أَيْضًا أَنَّ أَقَلَّهُمْ اِثْنَا
عَشَرَ اهـ ثُمَّ إِنَّ تَقْلِيْدَ الْقَوْلِ اْلقَدِيْمِ أَوْلَى مِنْ تَقْلِيْدِ
الْمُخَالِفِ ِلأَنَّهُ يَحْتَاجُ أَنْ يُرَاعِيَ مَذْهَبَ الْمُقَلَّدِ بِفَتْحِ
اللاَّمِ فِي الْوُضُوْءِ وَالْغُسْلِ وَبَقِيَّةِ الشُّرُوْطِ، وَهَذَا يَعْسُرُ
عَلَى غَيْرِ الْعَارِفِ، فَالتَّمَسُّكُ بِأَقْوَالِ اْلإِمَامِ الضَّعِيْفَةِ
أَوْلَى مِنَ الْخُرُوْجِ إِلَى الْمَذْهَبِ اْلآخَرِ.
"Taqlid (mengikuti) pendapat qoul
qodim itu lebih baik dari pada mengikuti madzab yang berbeda dengan
(madzabnya). Karena hal itu memerlukan menjaga madzab yang diikutinya. Dalam
wudlu, mandi dan semua syarat-syarat. Hal ini sulit bagi selain yang
mengetahui. Maka berpegang teguh kepada pendapat-pendapat imanya yang
dhoif itu lebih baik dari pada keluar menuju madzab yang lain".
EmoticonEmoticon